Kerja Tambang: Antara Karir dan Kebersamaan Keluarga

slug
antara-karir-dan-kebersamaan-keluarga
date
Nov 24, 2024
status
Published
tags
Diary
summary
type
Post
Bekerja di tambang, terutama dengan sistem roster seperti 8 minggu kerja dan 2 minggu libur, memang menawarkan benefit yang menggiurkan. Dalam satu siklus 70 hari, 80% waktu kita dihabiskan di lokasi kerja (onsite) dan hanya 20% di rumah. Dalam setahun, ada sekitar 5 periode cuti, artinya 80% hidup kita lebih banyak berkutat di pekerjaan daripada bersama keluarga.
Pertanyaannya adalah, apakah ini benar-benar worth it? Apakah kita siap melewatkan 80% waktu melihat anak-anak kita tumbuh, merasakan kehangatan bersama pasangan, atau menikmati momen kebersamaan dengan keluarga?
Ketika berpikir untuk mengejar peluang kerja di luar Jawa, salah satu alasan utamanya adalah gaji dan benefit yang sangat tinggi. Namun, saya sering bertanya-tanya, apa jadinya jika suatu saat saya memiliki istri dan anak? Apakah mereka akan nyaman jika saya harus pergi dalam waktu lama, hanya pulang sesekali untuk sekadar menggantikan kehadiran dengan uang?
Sistem kerja seperti ini memaksa kita untuk benar-benar memprioritaskan kebutuhan dan mindset. Bagi sebagian orang, mungkin ini jalan terbaik untuk memperbaiki kondisi finansial dan menjamin masa depan keluarga. Namun, bagi yang lain, terutama yang sangat mementingkan kehadiran fisik dan emosional, ini bisa menjadi beban.
Keputusan ini, seperti banyak hal lain dalam hidup, kembali ke pilihan masing-masing. Tapi satu hal yang perlu selalu diingat: anak-anak tidak hanya membutuhkan materi, mereka juga butuh waktu, perhatian, dan cinta yang hanya bisa diberikan oleh kehadiran orang tua.
Jadi, sebelum melangkah ke jalur ini, saya ingin memastikan bahwa pilihan yang diambil benar-benar selaras dengan tujuan hidup saya. Karena pada akhirnya, pekerjaan adalah alat untuk hidup, bukan tujuan hidup itu sendiri.
Selain bekerja dengan sistem roster, saya juga mulai memikirkan opsi lain untuk menyeimbangkan antara karir dan kebersamaan dengan keluarga: membangun passive income. Dengan adanya sumber pendapatan pasif, saya berharap bisa mengurangi ketergantungan pada pekerjaan utama yang memakan waktu jauh dari keluarga.
Salah satu opsi yang terpikirkan adalah menciptakan proyek aplikasi. Sebagai seseorang yang memiliki dasar dalam teknologi, peluang ini cukup menarik. Membuat sebuah aplikasi yang bisa memberikan penghasilan stabil, seperti dari iklan, pembelian fitur premium, atau langganan, adalah investasi waktu yang layak untuk dicoba.
Selain itu, dunia investasi juga menjadi alternatif lain. Saya sedang berusaha mendapatkan capital gain dan dividend dari saham. Bayangkan saja, jika saya bisa mendapatkan rata-rata passive income sebesar 6 juta per bulan dari saham, itu berarti 72 juta dalam setahun! Jumlah ini cukup signifikan untuk menambah kenyamanan hidup tanpa harus terlalu terikat pada pekerjaan utama.
Dengan pendapatan pasif ini, saya bisa memiliki kebebasan finansial lebih besar, sekaligus waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting: keluarga, pasangan, dan diri sendiri. Bukan hanya soal uang, tetapi bagaimana waktu yang kita miliki bisa lebih berkualitas dan bermakna.
Perjalanan menuju kebebasan finansial dan keseimbangan hidup memang tidak mudah. Tapi saya percaya, dengan usaha, disiplin, dan perencanaan yang matang, semua ini bisa tercapai. Karena pada akhirnya, hidup bukan hanya tentang bekerja untuk mendapatkan uang, tetapi juga menikmati hasil kerja keras bersama orang-orang yang kita sayangi.

© Mochammad Fawwaz Islami 2024