Buah Manis dari Sebuah Ketekunan
slug
buah-manis-dari-ketekunan
date
Sep 20, 2024
status
Published
tags
Diary
summary
"Keberhasilan itu bukan milik orang yang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha.” - B.J. Habibie
type
Post
Saya masih ingat jelas bagaimana perjalanan karir saya dimulai dari sebuah kesedihan besar di tahun 2018. Tahun itu adalah salah satu tahun terberat dalam hidup saya, ketika saya gagal diterima di 18 Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Saat itu, saya pernah berpikir, "Apakah saya bodoh? Kenapa semua ini terjadi?" Namun, di sisi lain, saya juga percaya bahwa mungkin Tuhan punya rencana lain yang lebih indah untuk saya, sesuatu yang akan membuat saya tersenyum pada akhirnya.
Kegagalan pertama saya yang sangat terasa adalah saat saya mengikuti tes masuk di Sekolah Tinggi Sandi Negara di Yogyakarta. Di situlah, untuk pertama kalinya, saya benar-benar menyadari betapa pentingnya doa dan sholat. Saat itu saya mulai belajar bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih mudah jika kita ikhlas dan berserah diri. Namun, kenyataannya, saya gagal pada tahap wawancara. Pada tahap tersebut, saya hampir saja ditetapkan sebagai bagian dari Badan Intelijen Negara (BIN) cabang Cyber Crime! Hahaha. Tapi pada akhirnya, impian itu sirna. Saya menangis sepanjang perjalanan pulang, diiringi dengan hiburan dari bapak Gojek yang menenangkan hati saya. Sampai sekarang, saya masih ingat betul bagaimana rasanya kesedihan saat itu.
Namun, dari semua kegagalan itu, saya belajar satu hal penting: saya harus segera bangkit kembali. Saya mencoba mengejar berbagai kesempatan lain dengan mendaftar di beberapa PTN lagi, tetapi hasilnya tetap sama. Saya gagal di 18 PTN. Saat itu, saya benar-benar merasa kebingungan. Semua teman-teman dekat saya sudah diterima di PTN impian mereka, sementara saya hanya bisa mengurung diri di kamar, meratapi nasib.
Lalu datanglah tahun 2019, sebuah tahun yang mengubah banyak hal dalam hidup saya. Saya memutuskan untuk mendaftar di program vokasi Universitas Brawijaya. Di sana, saya mulai mengasah kerja keras saya. Dari pagi hingga malam, saya belajar tanpa henti, otodidak sana sini. Saya mengulik setiap mata kuliah, mengikuti berbagai lomba, dan bergabung dengan beberapa organisasi untuk memperluas jaringan saya. Saya sadar, memiliki jaringan yang kuat, baik itu dengan kakak tingkat, teman komunitas, maupun dosen, adalah kunci untuk membuka lebih banyak peluang.
Saya juga memiliki impian untuk menyumbangkan medali bagi Universitas Brawijaya, seperti saat saya masih di SMA. Kerja keras saya akhirnya membuahkan hasil ketika saya berhasil meraih silver medal pada tingkat internasional. Kebahagiaan saya saat itu tak tergantikan, tetapi yang paling mengharukan adalah melihat kebahagiaan orang tua saya. Mereka menangis bahagia, karena mereka tahu betapa kerasnya saya bekerja untuk mencapai titik itu.
Sekarang, Alhamdulillah, saya diterima bekerja di sebuah perusahaan yang bonafide dengan lingkungan kerja yang sangat mendukung pengembangan karir saya. Ini adalah pencapaian yang saya impikan, dan saya percaya bahwa kerja keras memang selalu membawa hasil yang tidak terduga. Saya terus belajar dari hal-hal yang belum saya ketahui, selalu berusaha bertanya jika ada yang tidak dipahami, dan selalu mencari cara untuk menyelesaikan setiap masalah yang muncul dalam pekerjaan saya.
Kerja keras, doa, dan ketekunan. Itulah pelajaran terbesar yang saya petik dari perjalanan ini. Tuhan memang punya rencana-Nya sendiri, dan saya sangat bersyukur karena saya telah melewati semua rintangan dengan keyakinan bahwa hasil manis pasti akan datang pada waktunya.