Melihat dari Jendela yang Berbeda
slug
melihat-dari-jendela-yang-berbeda
date
Jun 17, 2025
status
Published
tags
Diary
summary
type
Post
Siang ini, waktu makan siang agak santai, aku duduk di ruang kantor sambil melihat ibu-ibu staf yang lagi fokus banget ngerjain tugasnya. Dari cara dia ngetik, senyumnya saat ngobrol sama teman sebelahnya, sampai caranya nyeruput teh hangat, semuanya tampak begitu ringan dan dinikmati. Tanpa sadar aku nyeletuk sambil senyum,
“Enak ya kerja kayak sampean, Mbak.”
Nggak butuh waktu lama, si ibu itu langsung jawab sambil ketawa kecil,
“Urip iku sawang sinawang, Mas. Aku ndelok sampean yo enak. Sampean ndelok aku yo enak.”
Jawaban sederhana, tapi langsung nyentil.
“Sawang sinawang.” Dalam bahasa Jawa, ini bukan cuma kalimat biasa. Ini filosofi hidup yang mengajarkan kita bahwa kadang yang kita lihat dari luar belum tentu mencerminkan kenyataan yang sesungguhnya. Kita melihat hidup orang lain tampak tenang, mungkin karena mereka pandai menyembunyikan lelahnya. Kita merasa orang lain punya segalanya, padahal bisa jadi mereka sedang iri dengan kesederhanaan hidup kita.
Hari itu aku jadi mikir… mungkin aku memang lagi lelah, kerjaan menumpuk, banyak tekanan dan deadline. Tapi bukan berarti orang lain nggak punya beban. Mereka hanya menjalani dengan cara yang beda. Si Ibu itu mungkin tampak bahagia, tapi siapa yang tahu perjuangannya di rumah? Bisa jadi dia harus bangun jam 4 pagi, masak, beresin rumah, antar anak sekolah, baru berangkat kerja. Tapi dia tetap bisa tertawa saat di kantor. Dia tetap bisa menyapa semua orang dengan ramah.
Kita hidup memang di tengah “sawang sinawang”, tempat di mana semua orang melihat kehidupan satu sama lain dari jendela yang berbeda. Padahal yang kita lihat itu belum tentu utuh.
Akhirnya aku belajar satu hal hari ini:
Lebih baik fokus memperbaiki cara kita bersyukur daripada sibuk membandingkan diri dengan hidup orang lain. Karena bisa jadi, yang menurut kita “hidup enak”, justru mereka ingin menukar hidupnya dengan kita.
Dan mungkin itu sebabnya… hidup memang bukan soal siapa yang paling bahagia, tapi siapa yang paling bisa melihat kebahagiaan di balik segala kesibukan dan kelelahan.