Papua Bukan Hanya Indah

slug
papua-bukan-hanya-indah
date
Jul 27, 2025
status
Published
tags
PTFI
summary
type
Post
Bangga sekaligus bahagia, karena satu keinginan akhirnya bisa terwujud di bulan Juli lalu: menginjakkan kaki di Tanah Papua. Banyak orang sering cerita betapa indahnya alam di sana, tapi aku bisa bilang, keindahan itu bukan sekadar kata-kata. Semua terasa nyata di depan mata. Dan yang lebih membuatku terharu, kesempatan ini adalah rezeki dari Allah lewat jalan yang sama sekali dulu tak pernah aku bayangkan—dari sebuah tambang besar di Mimika.
Sebenarnya, aku tidak pernah punya cita-cita bekerja di sini. Dari kecil, aku lahir di keluarga sederhana: bapak seorang satpam, ibu seorang guru matematika di sekolah dasar. Kebutuhan sehari-hari cukup, tapi tak pernah terbayang anaknya bisa sampai di tempat yang orang lain pun sering hanya dengar namanya. Semua terasa mengalir begitu saja. Dan hari itu, saat aku naik pesawat kecil Airfast menuju Tembagapura, aku sempat berpikir: “Ya Allah, Engkau Maha Baik. Dari keluarga kecilku, aku bisa Kau pertemukan dengan pengalaman besar ini.”
Hari-hari di Papua terasa istimewa. Aku masih ingat bagaimana Pak Ganadi, salah satu senior yang ramah, mengajakku masuk ke tambang bawah tanah, lalu lanjut ke Grasberg Mine. Hari itu cerah, awan yang biasanya tebal tiba-tiba hilang. Tidak ada hujan, hanya langit biru dan pemandangan luas yang seakan membuka semua pandangan hidupku.
Aku juga bersyukur karena banyak disambut hangat oleh teman-teman baru: Mas Sam, Mas Fajar, Mas Harun, Mas Ilyas, Mas Febri, dan banyak lagi yang tak bisa kusebut satu per satu. Dari yang tak pernah kenal siapa-siapa, aku jadi merasa seperti punya keluarga baru di tanah jauh.
Tak hanya di High Land, aku pun sempat ditugaskan di Low Land, Kuala Kencana. Di sana aku dipertemukan dengan orang-orang baik seperti Mas Ajis, sahabat yang kuanggap seperti kakak sendiri. Walau sebelumnya kami jarang berbicara, tapi di Papua beliau menyambutku hangat dan banyak membantu. Lalu ada juga Pak Andre Huwae dengan canda khasnya. Ketika aku pulang ke Gresik, beliau bahkan sempat membekali dengan mujaer bakar yang super mantap. Hal-hal kecil yang membuatku merasa: inilah keluarga baru yang Allah hadiahkan untukku.
Perjalanan ini bukan hanya soal kerja, tapi juga tentang rasa syukur. Dari LIP, Ridgecamp, Tembagapura, Basecamp, sampai MSP—semuanya punya kenangan yang bikin rindu. Kadang aku berpikir, hidup ini memang benar-benar “sawang sinawang”. Orang lihat aku enak bisa ke Papua, padahal aku sendiri merasa hidupku hanya mengalir apa adanya. Tapi dari situlah aku belajar, kalau kita jalani dengan ikhlas, ada saja cara Allah menunjukkan betapa luasnya dunia ini.
Ah… rindu sekali suasana itu. Rasanya tak akan pernah habis kalau diceritakan. Papua bukan hanya tempat kerja, tapi juga bagian perjalanan hidup yang membuatku makin sadar: hidup sederhana pun bisa sampai sejauh ini, kalau kita percaya pada takdir yang digariskan.
notion image

© Mochammad Fawwaz Islami 2024 - 2025