Tentang Risk Off dan Risk On dalam Investasi

slug
tentang-risk-off-dan-risk-on-dalam-investasi
date
Apr 15, 2025
status
Published
tags
Diary
summary
type
Post
Konsep "Risk Off" dan "Risk On" menggambarkan perubahan preferensi investor terhadap risiko dalam merespons kondisi pasar. Berikut penjelasannya:

1. Risk Off (Menghindari Risiko)

  • Penyebab: Ketidakpastian ekonomi, gejolak politik, resesi, atau krisis (misalnya pandemi, perang, atau kenaikan suku bunga).
  • Ciri: Investor panik atau pesimis, sehingga mengurangi eksposur ke aset berisiko.
  • Safe Haven (Tempat Aman):
    • Emas: Dianggap stabil karena nilainya cenderung naik saat pasar kacau.
    • USD atau Yen Jepang: Mata uang ini sering menguat saat risiko tinggi.
    • Obligasi Pemerintah (AS/Jerman): Imbal hasil tetap dan rendah risiko.

2. Risk On (Menerima Risiko)

  • Penyebab: Pasar mulai stabil, sentimen membaik (misalnya stimulus ekonomi, pertumbuhan positif, atau kebijakan dovish bank sentral).
  • Ciri: Investor percaya diri dan mencari imbal hasil lebih tinggi.
  • Risky Asset (Aset Berisiko):
    • Saham: Saham perusahaan (terutama growth stocks) naik karena prospek ekonomi membaik.
    • ETF: Indeks pasar saham (seperti S&P 500) mengikuti kenaikan pasar.
    • Kripto (BTC/ETH): Aset spekulatif ini biasanya rally saat likuiditas tinggi dan risiko ditoleransi.

Contoh Siklus

  • Risk Off (2020 awal): COVID-19 merebak → pasar saham jatuh, emas & USD naik.
  • Risk On (2020 akhir): Fed cetak uang (QE) → saham & BTC melonjak, emas stagnan.

Penting untuk Diperhatikan:

  • Liquidity Matters: Kebijakan bank sentral (suku bunga/QE) sering jadi pemicu utama.
  • Sentimen > Data: Kadang pasar bereaksi berlebihan terhadap berita (FOMO/FUD).
Investor biasanya fleksibel beralih antara safe haven dan risky assets tergantung situasi.

Mengapa Emas Bisa Jadi "Next Indicator" untuk Risky Asset?

Emas sering dianggap sebagai leading indicator (sinyal awal) pergerakan aset berisiko (saham, kripto, dll.) karena beberapa alasan:
  1. Safe Haven Demand
      • Ketika investor khawatir (misalnya inflasi tinggi, resesi, atau geopolitik panas), mereka berbondong-bondong beli emas → harga emas naik.
      • Jika emas terus menguat, ini bisa jadi tanda bahwa sentimen masih risk-off, dan risky asset (saham/kripto) mungkin akan tertekan.
  1. Lawan dari USD & Suku Bunga
      • Emas umumnya invers dengan Dolar AS (USD). Jika USD lemah (karena Fed turunkan suku bunga), emas cenderung naik → ini juga biasanya baik untuk risky asset karena likuiditas mengalir ke pasar.
      • Tapi jika emas naik bersamaan dengan USD kuat, itu tanda flight to safety (investor lari dari risiko), yang buruk bagi saham/kripto.
  1. Big Money Movement
      • Institusi & hedge fund sering alihkan dana ke emas dulu sebelum full risk-off di saham/kripto. Jadi kenaikan emas bisa jadi early warning bahwa mereka sedang mengurangi risiko.

Hubungan dengan Retail/Masyarakat yang Banyak Beli Emas (FOMO)

Ketika retail investor (publik umum) ramai-ramai beli emas, ada beberapa skenario yang bisa terjadi:
  1. Fear-Driven Buying (Risk-Off)
      • Jika retail beli emas karena takut krisis (misalnya inflasi atau perang), ini konfirmasi sentimen negatif → risky asset bisa jatuh lebih dalam.
      • Contoh: 2022-2023, retail borong emas karena inflasi & perang Ukraina → saham & kripto anjlok.
  1. Momentum Buying (Bisa Jadi Risk-On Awal)
      • Kadang retail beli emas karena harganya sudah naik (FOMO), bukan karena takut.
      • Jika emas naik bersamaan dengan saham/kripto rebound, ini bisa tanda likuiditas mengalir ke semua aset (karena stimulus atau pelonggaran moneter).
  1. Overbought Emas = Potensi Reversal
      • Jika emas sudah terlalu tinggi (misalnya karena panic buying retail), big player mungkin mulai jual → uang bisa dialihkan ke saham/kripto jika sentimen membaik.

Kesimpulan

  • Emas = Alarm Awal: Kenaikan tajam sering jadi sinyal bahwa pasar sedang risk-off, dan risky asset bisa menyusul turun.
  • Retail Beli Emas?
    • Jika karena takut → bearish untuk saham/kripto.
    • Jika karena FOMO/momentum → bisa jadi bagian dari rally likuiditas besar yang akhirnya menguntungkan risky asset juga.
  • Perhatikan faktor pendukung: Kebijakan Fed, inflasi, dan kekuatan USD sangat mempengaruhi hubungan ini.
Jadi, emas bukan cuma safe haven, tapi juga cermin psikologi pasar yang bisa membantu memprediksi pergerakan aset lain.

© Mochammad Fawwaz Islami 2024 - 2025